Daily Archives: 18 Oktober 2014

Bumi, Alangkah Sulit Menjadi Dirimu

Standar

Kesabaran adalah Bumi¹, begitu kata Rendra
Rendra tidak salah, karena yang salah adalah aku
Tak mampu aku berguru pada bumi
Ibu dari nafas yang kuhirup bebas
Menua meski dengan menderita
Karena keburukanku dan jeniskulah yang menjadi nestapa baginya

Ambillah bumi ini sebagai contoh, ujar Nh. Dini
Dia kita injak,
kita ludahi,
kita belah,
kita tusuk,
dan kita lukai dengan berbagai alat
Tetapi dia selalu sabar dan diam,
selalu memberi kita makanan lezat dan berguna²
Oh, alangkah sulit menjadi dirimu
Alangkah sulit berguru padamu

Aku pernah menyimpan kata-kata Pramoedya baik-baik
Cerita tentang kesenangan selalu tidak menarik, katanya
Itu bukan cerita tentang manusia dan kehidupannya
tapi tentang surga,
dan jelas tidak terjadi di atas bumi kita ini³

Apa sebegitu tidak pantasnya aku meniru kebaikanmu, Bumiku?
Sedikit saja, aku ingin berhasil menjadi dirimu
Menyerap semua keikhlasanmu yang susah sekali kumiliki

Apa sebegitu bodohnya aku belajar darimu, Bumiku?
Berulangkali mencoba, lebih banyak gagalnya
Diamku selalu saja berbeda dengan diammu
Aku tak pernah diinjak-injak, tak pernah diludahi
Tapi sabarku, tak pernah sama dengan sabarmu

Aku ingin bisa selalu bersabar,
seperti apa yang dikatakan Rendra tentangmu
Pun selalu berusaha diam ketika tertusuk dan tertikam,
ketika dilukai, dalam bentuk apapun
seperti apa yang diceritakan Nh. Dini tentangmu

Aku ingin bisa menghadapi semua cerita dengan caramu
sekalipun bukan cerita tentang surga
yang jelas tidak pernah terjadi disini

Bumi, alangkah sulit menjadi dirimu

1. W.S. Rendra dalam Paman Doblang
2. Nh. Dini dalam Sebuah Lorong di Kotaku
3. Pramoedya Ananta Toer dalam Bumi Manusia